daia 4d

plat ba dari mana - Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk: Merawat Lingkungan Melalui Kearifan Lokal

2024-10-06 13:54:50

plat ba dari mana,erek erek buang air besar,plat ba dari mana
JPNN.com » Nasional » Humaniora » Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk: Merawat Lingkungan Melalui Kearifan Lokal

Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk: Merawat Lingkungan Melalui Kearifan Lokal

Kamis, 22 Agustus 2024 – 16:55 WIB Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk: Merawat Lingkungan Melalui Kearifan LokalFacebook JPNN.comTwitter JPNN.comPinterest JPNN.comLinkedIn JPNN.comWhatsapp JPNN.comTelegram JPNN.comFestival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk diwarnai dengan mengangkat tradisi menangkap ikan secara tradisional yakni Jala Gepung, serta penanaman bibit pohon dan penebaran benih ikan di sungai Batang Tebo, aliran sungai Batanghari. Foto: Dokumentasi Kemendikbudristek

jpnn.com, JAMBI - Festival Sidang Balai Panjang Tanah Periuk di Tanah Periuk, Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas, Kabupaten Bungo, Jambi pada Rabu (21/8)

Festival budaya kelima yang merupakan bagian dari rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2024 ini tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan kekayaan budaya dan tradisi lokal, tetapi juga menunjukkan komitmen kuat terhadap pelestarian lingkungan.

Festival ini diwarnai dengan mengangkat tradisi menangkap ikan secara tradisional yakni Jala Gepung, serta penanaman bibit pohon dan penebaran benih ikan di sungai Batang Tebo, aliran sungai Batanghari.

Baca Juga:
  • Festival Payung Api, Sajikan Karya Kolaboratif dengan Perpaduan Tradisi & Seni

Direktur Festival Kabupaten Bungo Jajang Kusmana menyampaikan kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan.

“Kegiatan aktivitas lingkungan ini bukan hanya simbolis, tetapi merupakan langkah konkret untuk memastikan ekosistem sungai Batanghari tetap lestari dan mampu mendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya,” ujar Jajang Kusmana dalam keterangannya yang dikutip, Kamis (21/8).

Seperti halnya tradisi Jala Gepung, kata Jajang, menjadi kearifan lokal dalam menangkap ikan secara tradisional yang tidak akan merusak lingkungan sungai.

Baca Juga:
  • Festival Indonesia Bertutur 2024 Dibuka, Ingatkan Keseimbangan Alam & Keberlanjutan Budaya

Karena dilakukan dengan menjala, masyarakat bisa memilih jumlah dan ukuran tangkapan ikannya.

“Maka dari itu, demi melestarikan dan menjaga kemeriahan tradisi Jala Gepung kita kemas menjadi perlombaan,” ucapnya.